Pekan Olahraga Nasional
XIX tahun 2016 (PON XIX) tinggal menghitung hari. Pembukaan akan dilangsungkan
di lapangan sepakbola Gelora Bandung Lautan Api pada hari sabtu, 17 september
2016. Pada hari sebelumnya, yaitu pada hari kamis sore telah dilakukan kirab
api PON XIX yang berlangsung di balai gedung budaya Sabilulungan Kabupaten
Bandung. Kirab api PON XIX ini sudah berlangsung dari beberapa hari sebelumnya
melewati beberapa tempat dan kota di Jawa Barat dan tepatnya pada hari kamis
sore kirab api PON XIX pun tiba di Kabupaten Bandung. Setelah sebelumnya
singgah terlebih dahulu di kota Cimahi, kemudian beranjak menuju ke Stadion si
Jalak Harupat dan terakhir tiba di Kabupaten Bandung, tepatnya di gedung budaya
sabilulungan.
Kirab api PON XIX
berlangsung pada hari kamis sore yang dipimpin langsung oleh Bapak Bupati, H.
Dadang Naser didampingi wakilnya Gugun Gunawan. Sebelumnya, ada beberapa
penampilan seni tradisional yang dipertontonkan dalam acara ini. Seperti yang
dijelaskan oleh ibu H. Dini selaku kepala sub dinas pengembangan seni dan
budaya Kabupaten Bandung. Beliau menjelaskan bahwa untuk memeriahkan acara
Kirab api PON XIX ini, telah dipersiapkan kesenian tradisional sebagai
sambutannya. Diantaranya ada kesenian tradisional pencak silat dan rampak kendang. Seperti yang telah
disebutkan bahwa kesenian tradisional ini melibatkan seluruh paguron dari setiap kecamatan yang ada
di Kabupaten Bandung.
Kesenian tradisional
yang ditampilkan bukanlah tanpa tujuan. Selain untuk mempertahankan budaya dan
seni tradisional, kemeriahan seni tradisional tersebut juga dijadikan sebagai
pemicu semangat anak muda untuk tetap bisa mencintai budaya dan kesenian
tradisional. Hal tersebut juga dijelaskan oleh kepala bidang pendidikan dan
kebudayaan (kabid) kabupaten Bandung, Bapak Drs. Ayep Rukmana M.Si bahwa tujuan
dari kemeriahan Kirab PON XIX ini adalah sebagai semangat juang kita untuk bisa
mencintai dan melestarikan kebudayaan dan kesenian di Kabupaten Bandung.
Terutama ditekankan juga kepada anak muda untuk tetap mencintai budaya lokal. Hal tersebut terbukti
dari banyaknya peserta yang mengikuti kirab api PON XIX sore kemarin yang
sebagian besar adalah para pelajar.
Jika diperhatikan
secara fakta, minat anak muda terhadap kesenian tradisional jelas sudah
menurun. Hal tersebut dikarenakan banyaknya budaya-budaya asing yang masuk dan
bercampur-baur dengan budaya lokal kita. Sehingga minat dari anak muda terhadap
kesenian tradisional perlahan mulai
berkurang. Namun jika dilihat dari antusiasme para siswa yang menghadiri acara
tersebut masih menandakan bahwa mereka ternyata masih peduli dengan kesenian
dan budaya tradisional.
“Anggap saja ini adalah
sebuah pelajaran dan bahan pembelajaran untuk para siswa bisa mengenal kegiatan
seperti ini. Terlebih karena memang ada instruksi dari bapak Bupati untuk
mengerahkan para siswa untuk ikut berpartisipasi. Untuk masalah mengganggu atau
tidaknya ke jam KBM, memang agak sedikit mengganggu juga. Tapi ya bagaimana
lagi, dalam hal ini tentu tidak sampai dirugikan juga, karena mereka di sini
juga sama-sama belajar dan menurut kami positif juga untuk anak-anak.” Ucap
bapak Drs. Nunung Sumirat MM. selaku kepala sekolah SMAN 1 Soreang yang sempat kami
wawancarai disela waktu senggangnya ketika menghadiri acara kirab api PON XIX
di gedung budaya sabilulungan.
Selain para pelajar,
tentu diharapkan juga kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bisa ikut
berpartisipasi mendukung terlaksananya gelaran PON kali ini yang berlangsung di
Jawa Barat dan khususnya di Kota dan Kabupaten Bandung. Dengan tujuan supaya
semua acara yang digelar untuk mendukung kelancaran PON XIX bisa terlaksana
dengan baik dan sesuai dengan harapan kita juga. Tanpa dukungan dari semua
pihak, tentu tidak akan menjadi sesuatu yang lengkap. Jika semua diawali dengan
kebersamaan, semangat api PON tentu tidak hanya akan tertulis di kertas saja,
tapi akan merebak juga kepada semua
lapisan yang ikut merasakannya. Terutama untuk para atelit yang berlaga,
sebagai pelecut prestasi untuk daerah, bangsa dan Negara.