Si
renyah yang satu ini pastilah bukan makanan yang asing
untuk kita. Bentuknya agak lonjong dengan tekstur berkelok-kelok mirip seperti
deretan awan yang sering di gambar anak-anak TK di waktu sekolah. Selintas jika
diperhatikan, bentuk si renyah memang
tidak terlalu menggoda, karena bentuknya yang terlihat biasa saja. Tapi
ternyata sosok si renyah ini begitu
terkenal dan masih di cari oleh banyak orang, terutama untuk dijadikan sebagai
pelengkap santap makan kita. Istilah si
renyah diambil karena rasanya yang renyah dan gurih. Si renyah bisa kita temukan di berbagai tempat penjual makanan atau
warung-warung makanan di sekitar kita.
Makanan di kota Bandung
banyak sekali variasinya. Ada makanan yang kering dan ada makanan yang berair
(berkuah). Kesukaan setiap orang terhadap makanan pun jelas berbeda juga. Namun
jika berbicara pelengkap makanan pastilah tidak akan jauh berbeda. Salah
satunya adalah kontribusi si renyah
sebagai pelengkap makanan kita. Biasanya agar makanan terlihat bervariasi, kita
sering menambahkan makanan tambahan. Salah satu contohnya adalah menambahkan si renyah dengan makanan yang berair
(berkuah) sebagai pelengkapnya. Hal tersebut dikarenakan si renyah cocok sekali ditambahkan untuk menu-menu makanan yang
berair (berkuah). Misalnya dipadukan dengan mie bakso, mie bakwan, atau sekedar
hanya dengan mie rebus pun sudah sangat lengkap dan lezat untuk bisa dinikmati.
Produksi dan penjualan si renyah sudah menjamur di masyarakat. Semua
kalangan usia bisa menikmatiya. Banyak pelaku usaha yang memproduksi dan
menjual si renyah dengan berbagai
bentuk serta rasa yang berbeda-beda. Bahkan di dalam satu warung, produk si renyah bisa mencapai lebih dari lima
merk dan varian yang berbeda. Hal tersebut dijelaskan juga oleh salah satu
pengusaha si renyah di Kabupaten
Bandung, Bapak endang (52). Salah satu pemilik usaha si renyah yang berlokasi di Kampung Cikambuy Tengah Rt 04/08 Desa
Sangkanhurip Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung.
Usaha produksi si renyah milik Pak Endang sudah berdiri
sejak 4 tahun yang lalu. Namanya adalah si
renyah Mekar Sari. Dengan di bantu oleh 4 pegawainya serta beberapa pegawai
yang bertugas untuk memasarkan si renyah
ke beberapa tempat. Seperti Pangalengan, ciwidey, Margahayu, Banjaran dan
beberapa tempat lainnya di Kabupaten Bandung. Si renyah mekar sari milik Pak Endang masih bisa bertahan, meski pelaku
usaha produk ini sudah banyak. Namun hal tersebut tidak menurunkan niat dan
kegigihan Pak endang untuk terus memproduksi si renyah. Meskipun sering diakui olehnya bahwa masalah pemasaran
selalu menjadi kendala terbesar untuknya.
“Sebetulnya dulu alasan
saya membuka usaha ini adalah karena ingin mencoba untuk membuat usaha sendiri.
Ya meskipun saya menyadari di luar sana banyak sekali saingan dengan produk
yang sama, tapi saya tetap optimis dan ingin terus mencoba. Ya kalau seandainya
ada modal lebih, ingin sekali saya memproduksi si renyah dalam bentuk dan rasa yang lain. Namun memang terkendala
masalah modal juga, terutama di peralatan.” Ucap Pak Endang ketika tim Wikuba
menyambangi tempat produksi si renyahnya.
Setiap harinya
rata-rata Pak Endang bisa menghabiskan satu sampai dua kuintal bahan tepung
untuk pembuatan si renyah.
Bahan-bahannya sederhana dengan bahan utamanya adalah tepung tapioka, di tambah
dengan bumbu rempah-rempah. Produksi si
renyah milik Pak endang ukurannya bervariasi mulai dari yang kecil dengan
harga Rp 200,00/buah, sampai dengan yang paling besar dengan harga Rp
1000,00/buah.
Pak endang sedikit
berbagi tips kepada tim Wikuba mengenai cara pembuatan si renyah. Proses pertama diawali dengan pencampuran dan pengadukan
adonan atau sering di sebut dengan istilah tajin.
Namun perlu di ingat juga, untuk pencampuran adonan harus menggunakan air yang
panas, suhu air minimal harus mencapai 100°C. Kemudian setelah adonan selesai
di campur dan di aduk merata, adonan dimasukan ke dalam mesin cetakan lalu di
cetak. Setelah proses pencetakan selesai, adonan yang sudah dicetak tersebut
harus langsung dikukus. Pengukusan membutuhkan waktu beberapa menit. Setelah
adonan selesai di kukus, adonan tersebut di angkat dan di simpan rata di atas
bilik yang sudah disiapkan, lalu adonan di jemur sampai kering.
“Setelah proses
penjemuran, sebetulnya tahapan pembuatan belum selesai sampai disitu. Kita
harus memasukan kembali si renyah
yang telah di jemur tadi ke dalam open/pemanas. Tujuannya yaitu untuk
memastikan bahwa si renyah
benar-benar sudah kering dan bebas dari air (tidak basah).” Lanjut Pak Endang.
Setelah proses di oven selesai, barulah si
renyah bisa di goreng dan kemudian dikemas, lalu siap dipasarkan.