Monday, 22 August 2016

Ganteng123

Mengenang Si Renyah Pelengkap Makanan Kita


          Si renyah yang satu ini pastilah bukan makanan yang asing untuk kita. Bentuknya agak lonjong dengan tekstur berkelok-kelok mirip seperti deretan awan yang sering di gambar anak-anak TK di waktu sekolah. Selintas jika diperhatikan, bentuk si renyah memang tidak terlalu menggoda, karena bentuknya yang terlihat biasa saja. Tapi ternyata sosok si renyah ini begitu terkenal dan masih di cari oleh banyak orang, terutama untuk dijadikan sebagai pelengkap santap makan kita. Istilah si renyah diambil karena rasanya yang renyah dan gurih. Si renyah bisa kita temukan di berbagai tempat penjual makanan atau warung-warung makanan di sekitar kita.

           Makanan di kota Bandung banyak sekali variasinya. Ada makanan yang kering dan ada makanan yang berair (berkuah). Kesukaan setiap orang terhadap makanan pun jelas berbeda juga. Namun jika berbicara pelengkap makanan pastilah tidak akan jauh berbeda. Salah satunya adalah kontribusi si renyah sebagai pelengkap makanan kita. Biasanya agar makanan terlihat bervariasi, kita sering menambahkan makanan tambahan. Salah satu contohnya adalah menambahkan si renyah dengan makanan yang berair (berkuah) sebagai pelengkapnya. Hal tersebut dikarenakan si renyah cocok sekali ditambahkan untuk menu-menu makanan yang berair (berkuah). Misalnya dipadukan dengan mie bakso, mie bakwan, atau sekedar hanya dengan mie rebus pun sudah sangat lengkap dan lezat untuk bisa dinikmati.

          Produksi dan penjualan si renyah sudah menjamur di masyarakat. Semua kalangan usia bisa menikmatiya. Banyak pelaku usaha yang memproduksi dan menjual si renyah dengan berbagai bentuk serta rasa yang berbeda-beda. Bahkan di dalam satu warung, produk si renyah bisa mencapai lebih dari lima merk dan varian yang berbeda. Hal tersebut dijelaskan juga oleh salah satu pengusaha si renyah di Kabupaten Bandung, Bapak endang (52). Salah satu pemilik usaha si renyah yang berlokasi di Kampung Cikambuy Tengah Rt 04/08 Desa Sangkanhurip Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung.

          Usaha produksi si renyah milik Pak Endang sudah berdiri sejak 4 tahun yang lalu. Namanya adalah si renyah Mekar Sari. Dengan di bantu oleh 4 pegawainya serta beberapa pegawai yang bertugas untuk memasarkan si renyah ke beberapa tempat. Seperti Pangalengan, ciwidey, Margahayu, Banjaran dan beberapa tempat lainnya di Kabupaten Bandung. Si renyah mekar sari milik Pak Endang masih bisa bertahan, meski pelaku usaha produk ini sudah banyak. Namun hal tersebut tidak menurunkan niat dan kegigihan Pak endang untuk terus memproduksi si renyah. Meskipun sering diakui olehnya bahwa masalah pemasaran selalu menjadi kendala terbesar untuknya.

          “Sebetulnya dulu alasan saya membuka usaha ini adalah karena ingin mencoba untuk membuat usaha sendiri. Ya meskipun saya menyadari di luar sana banyak sekali saingan dengan produk yang sama, tapi saya tetap optimis dan ingin terus mencoba. Ya kalau seandainya ada modal lebih, ingin sekali saya memproduksi si renyah dalam bentuk dan rasa yang lain. Namun memang terkendala masalah modal juga, terutama di peralatan.” Ucap Pak Endang ketika tim Wikuba menyambangi tempat produksi si renyahnya.

          Setiap harinya rata-rata Pak Endang bisa menghabiskan satu sampai dua kuintal bahan tepung untuk pembuatan si renyah. Bahan-bahannya sederhana dengan bahan utamanya adalah tepung tapioka, di tambah dengan bumbu rempah-rempah. Produksi si renyah milik Pak endang ukurannya bervariasi mulai dari yang kecil dengan harga Rp 200,00/buah, sampai dengan yang paling besar dengan harga Rp 1000,00/buah.

          Pak endang sedikit berbagi tips kepada tim Wikuba mengenai cara pembuatan si renyah. Proses pertama diawali dengan pencampuran dan pengadukan adonan atau sering di sebut dengan istilah tajin. Namun perlu di ingat juga, untuk pencampuran adonan harus menggunakan air yang panas, suhu air minimal harus mencapai 100°C. Kemudian setelah adonan selesai di campur dan di aduk merata, adonan dimasukan ke dalam mesin cetakan lalu di cetak. Setelah proses pencetakan selesai, adonan yang sudah dicetak tersebut harus langsung dikukus. Pengukusan membutuhkan waktu beberapa menit. Setelah adonan selesai di kukus, adonan tersebut di angkat dan di simpan rata di atas bilik yang sudah disiapkan, lalu adonan di jemur sampai kering.

          “Setelah proses penjemuran, sebetulnya tahapan pembuatan belum selesai sampai disitu. Kita harus memasukan kembali si renyah yang telah di jemur tadi ke dalam open/pemanas. Tujuannya yaitu untuk memastikan bahwa si renyah benar-benar sudah kering dan bebas dari air (tidak basah).” Lanjut Pak Endang. Setelah proses di oven selesai, barulah si renyah bisa di goreng dan kemudian dikemas, lalu siap dipasarkan.

Ganteng123

About Ganteng123 -

menulis membutuhkan keseriusan dan ketulusan, yakinkan diri bahwa ketulusan itu berasal dari hati dan tetaplah berusaha serta belajar untuk membuat karya sendiri. Keep fighting sob. Follow twitter : @touralamsyah / @wikubadotkom

Subscribe to this Blog via Email :